Laut dan Kehidupannya.

Ravenhart's
4 min readMay 22, 2024

--

Cw&tw// Harsh word, familly issue, violence against child, & Psychological disturbed.

Ps. Memicu trauma, tidak disarankan kepada pembaca yang mudah terpicu.

Ini adalah kisahnya, sosok jejaka muda dengan senyum menawan yang selalu ditemukan di pesisir pantai. Ini kisah hidupnya, yang terlahir di atas bumi tanah orang-orang munafik dengan ribuan tipu daya kepura-puraan.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤSejak mampu bicara dan berjalan, Laut Sembada mendapati keluarganya berbeda dari teman-temannya yang lain. Laut kecil tumbuh mandiri tanpa perhatian berlebih dari sang bunda maupun ayahnya. Kedua malaikat Laut itu selalu pulang larut malam setelah berkerja, lalu berangkat saat pagi-pagi buta sebelum Laut dapat terbangun dari tidurnya. Hanya di hari-hari tertentu mereka dapat bertukar sapa sembari berbincang ringan.

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤBagi Laut kecil yang saat itu dituntut untuk mendapatkan nilai sempurna oleh sang bunda, belajar adalah sebuah hal paling sulit dan menyebalkan yang pernah ia lakukan, tapi tentu tetap ia laksanakan, tidak ingin jika tubuhnya kembali mendapatkan lebam biru maka jalan satu-satunya hanyalah dengan menjalankan apa yang bundanya pinta.

ㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤPernah suatu ketika, saat nilai yang didapati jauh dari ekspektasi sang bunda, Laut dengan isak tangisnya yang ditahan menerima segala umpatan juga pukulan bertubi-tubi pada tubuh kecilnya, terduduk semalaman dalam kamar mandi yang dingin dengan perut yang kosong.

ㅤㅤㅤㅤㅤ

“Anak goblok! Kenapa bisa nilai kamu hancur begini, Laut?! Mau jadi apa kamu nanti?! Capek-capek bunda kerja buat kamu, tapi ini yang kamu kasih ke bunda?! Ke mana otak kamu, Laut?!”

“Bunda … maafin Laut, Laut janji akan perbaiki nilai Laut … Laut bakal serius belajar ….”

ㅤㅤㅤ

ㅤㅤTahun demi tahun Laut lewati dengan berusaha keras memenuhi apa yang bundanya mau, sebuah peringkat pertama dalam sebuah kelas, sebuah prestasi gemilang dalam olahraga, sebuah piagam berkilau dari olimpiade sains yang membanggakan, berharap-harap kecil akan keluarga hangat setelahnya.

ㅤㅤㅤ

ㅤㅤNamun kembali, pil pahit ditelan anak laki-laki yang beranjak remaja itu. Keluarganya hancur, ayah bundanya entah sejak kapan mulai terang-terangan menunjukkan ketidak akuran mereka di depan Laut, saling melempar umpatan kasar, saling menyalahkan, hingga menyangkut pautkan Laut diantara perdebatan mereka.

ㅤㅤㅤ

“Kamu itu jadi suami ga ada tanggung jawabnya sama sekali! Kerja ga pernah benar, anak ga dikasih uang, mau kamu itu apa?!”

“Kamu kan tau aku udah berusaha sebaik mungkin, kenapa kamu ga bantu aku aja daripada salahin aku ini?”

Cuih, aku bantu bantu kamu? LIHAT LAUT SEKARANG, SIAPA MEMANG YANG DULU BERJUANG UNTUK ANAK KAMU KALO BUKAN AKU, MAS?!”

“Kamu kalo ga bisa becus jadi kepala rumah tangga seharusnya gausah nikahin aku, sampe aku punya anak dari kamu sekarang!”

“Kok kamu jadi bawa-bawa Laut? Dia kan anak kita, wajar dong kalo kamu juga turut ngurus dia, dulu aku juga kasih hal yang sama kok kayak yang kamu kasih ke Laut!”

ㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤBerisik … berisik … Laut minta tolong berhenti, ayah … tolong berhenti bunda … Laut ga kuat lagi ….

ㅤㅤㅤ

ㅤㅤLangkah kaki anak itu membawanya ke tepi pantai sepi pada senja hari. Laut, melepas sepatunya membiarkan telapak kakinya merasakan hamparan pasir hangat di pesisir pantai. Seragam SMP-nya ditanggalkan, menyisakan kaus oblong putih dengan bawahan celana seragam sekolahnya. Matanya terpejam membiarkan angin bermain-main dengan anak rambutnya yang mulai memanjang, sore itu awal di mana Laut menemukan tepat berpulangnya, di mana dia tidak akan menemukan umpatan kasar dari sang bunda, tatapan dingin dari sang ayah, ataupun kata-kata menyakitkan perihal dirinya yang disesalkan untuk terlahir.

ㅤㅤㅤ

ㅤㅤSemenjak hari itu rumah Laut kian mendingin, 'tak ada lagi suara tawa atau sapa hangat yang terdengar, Laut memilih bungkam sedangkan ayah dan bundanya memilih hidup dalam lingkaran hidup mereka masing-masing, membiarkan Laut tenggelam semakin dalam ke dasar yang gelap.

ㅤㅤㅤ

ㅤㅤHari-hari terus berlalu, 'tak sehari pun pula Laut absen mengunjungi pantai itu sepulang sekolah, berbicara pada laut menceritakan segala yang terjadi, menikmati senja hingga gelap menelan matahari, setelahnya pulang dalam diam walau berakhir kembali mati setelah menginjakkan kaki pada neraka berbentuk rumah miliknya sendiri.

ㅤㅤㅤ

“Bagus, pulang selalu malam, ga ada kabar, emang kamu tuh ga ada bedanya sama ayah kamu. Ga ada adab!”

“Kalo diajak ngomong itu di jawab, Laut! Bunda lagi bicara sama kamu! Dasar ga sopan.”

ㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤBenar, pada akhirnya Laut semakin tenggelam jauh ke dasar.

ㅤㅤTiga tahun berlalu dengan begitu pahit dan sakit, sempat terpikirkan dalam benak laki-laki yang menuju dewasa itu bahwa setidaknya masalah ini tidak lebih buruk dari yang sekarang, tapi kembali semesta mempermainkan dirinya dengan keputusan kedua orang tuanya yang berpisah. Buruk, sangat buruk.

ㅤㅤㅤ

ㅤㅤ Tidak, tidak secara gamblang kedua orang tua Laut mendeklarasikan perpisahan ini di hadapan Laut, mereka kembali bersandiwara perihal sang ayah yang mendapatkan pekerjaan di tempat yang sangat jauh hingga sang ayah harus berpisah rumah dari bunda dan dirinya. Baiklah, kembali Laut memilih bungkam dan mengikuti alur sandiwara yang dimainkan oleh kedua orang tuanya, berpura-pura bodoh hingga berpura-pura percaya pada apa yang keduanya katakan.

ㅤㅤㅤ

ㅤㅤNamun hey! Apalagi yang mereka lakukan kali ini? Mengapa keegoisan selalu melekat pada mereka yang jauh lebih dewasa dari Laut? Ingin sekali Laut bertanya dengan siapa sang bunda bertukar suara dengan begitu mesranya, atau dengan siapa ayah menampilkan senyum hangat di depan layar ponsel? Apakah ini sebuah skenario baru? Atau kembali lagi Laut harus bermain permainan mari pura-pura tidak tahu hingga ujung napas kehidupannya nanti?

ㅤㅤㅤ

ㅤㅤTapi mungkin itu lebih baik daripada membiarkan satu dua pukulan yang menambah lebam pada tubuhnya hanya karena pertanyaan ringan yang memancing emosi sang bunda, atau kembali dihujam oleh tatapan dingin sang ayah. Karena sungguh, Laut tidak sanggup lagi.

ㅤㅤㅤ

ㅤㅤSering kali Laut bertanya untuk apa kira-kira hidupnya di dunia ini jika tidak ada satupun yang berharap akan kehadiran dirinya? Hingga saat pertemuannya yang pertama dengan pemuda tampan bernama Haris yang mengenalkan nya pada para laskar kecil dengan senyum sehangat mentari, pun disusul oleh pertemuannya dengan gadis cantik penuh luka yang kalian tahu bernama Biru di pesisir pantai itu juga.

ㅤㅤㅤ

ㅤㅤBarangkali laut biru memahami sakit yang Laut rasakan, hingga berbaik hati mempertemukannya dengan orang-orang baik yang membutuhkan dirinya, hingga dapat mewaraskan diri sebelum tertelan oleh bising kepala.

ㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤ

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

--

--

Ravenhart's
Ravenhart's

Written by Ravenhart's

Sedikit goresan dari pemohon kedamaian pada sang Semesta.

No responses yet

Write a response