Tunjukkan Cintamu

Ravenhart's
3 min readFeb 23, 2024

Inspired by the song Tunjukkan Cintamu by Nosstress

“KAMU KAN UDAH MAMA BILANG BERESIN RUMAH YANG BENER!”

“Cari kerja sana, jangan malu-maluin mama karena jadi pengangguran.”

“Heran deh, kamu tuh udah dewasa masa mikir buat beresin ini aja gak ada.”

“Aneh, anak-anak tetangga lain bisa, kok kamu enggak? Malu-maluin saya aja.”

“Ma, aku juga gamau terlahir kalau pada akhirnya jadi beban buat mama.”

Kar'na semua yang kau cinta akan pergi ....

Maka tunjukkan cintamu sebelum terlambat ….

Sebuah isak tangis terdengar pilu pada malam hari saat orang-orang terlelap dalam tidurnya. Dia, sosok anak dengan luka gores 'tak terlihat berdiam memaku diri pada gemerlap bintang yang menghiasi langit gelap. Sedikit banyak menyesali kebisuan diri di setiap persoalan yang ada, mengacuhkan rasa pada sesak yang ada, menutup mulut sebelum suara dapat mengalun keluar.

“Ma, aku sayang, tapi aku sakit,” lirihnya dalam sepi dibawa angin terbang menuju bintang gemerlap berhap kecil akan tersampaikan dengan setitik keajaiban yang ia percaya. Ingin sampaikan beribu sayang dan cinta, namun hilang tertelan kenyataan bahwa bukan dia yang menjadi kebanggaan, bukan dia yang bisa mengukir senyum, dia hanyalah pemantik amarah.

Pada titik lain, sosok cantik tercenung seakan merenungi segala yang ia perbuat selama ini, namun apa salah? Tidak. Dirinya 'tak salah itu semua demi masa depan yang cerah sekiranya itu yang selalu tergema dalam pikiran sang ibu setiap harinya, “Lagi pula masih ada waktu untuk menunjukkan cinta pada anakku.”

Kita s’lalu pikir kita punya waktu ….

Lalu kita pilih untuk nanti dulu ….

Ah, ibu. Andai kau tahu tak semua akan selalu ada waktu, sakit juga perih 'tak terucap oleh bibir namun netra sang anak takkan berbohong, tidak kah kau rasakan sakit yang dirasa?

Selalu bercermin mencari cacat yang ada, dari mana harus diperbaiki? Beribu tanya terlontar tanpa terucap, bimbang terombang-ambing dalam pertempuran akal pikir. Tersesat dalam labirin kutukan jiwa, tenggelam dalam lubang ketidak warasan tanpa dasar.

Mama bagaimana aku melalui semua ini?

Pergolakan batin antara yang baik buruk tak pernah terelakkan, namun mengapa ego selalu selalu menutup rasa 'tak nyaman yang dirasa, ibu?

Mengapa sewaktu malam menelan bumi baru kau beri ciuman kasih yang bahkan tidak akan dapat terlihat oleh jiwa putus asa? Mengapa harus menyembunyikan jika cinta? Apa ini yang disebut kasih sayang?

Wanita cantik itu tiap malamnya kerap kali mengunjungi bilik sederhana milik sang anak, merapihkan selimut yang hampir terjatuh hingga mengecup kening sang anak, jika ditinjau lebih dekat dirinya amat menyayangi sang buah hati, namun mengapa tiap-tiap kata yang selalu ia keluarkan selalu menyakiti sang anak? “Nak, ini semua demi yang terbaik untuk dirimu.”

Jika diizinkan bertanya, mungkin ia akan berseru MENGAPA? Mengapa selalu dia yang menjadi patok kesalahan, mengapa harus selalu dia yang selalu menjadi alasan sakit? Dan mengapa sang ibu tetap mengusapnya dalam tidur jika memang dia yang salah? Anak itu kebingungan, makin tersesat hingga tak menemukan jalan keluar.

“KAMU MEMANG TIDAK BISA DIANDALKAN! BEGINI SAJA TIDAK BISA!”

“SAYA CAPEK KERJA KELUAR, TAPI PULANG SELALU MARAH KARENA KELAKUAN KAMU INI!”

“Benar-benar tidak bertanggungjawab. Hanya bisa melawan dasar anak sial”

“Udah cukup, ma … aku lelah ….”

Bagaimana jika nanti 'tak pernah ada? ….

Dirinya hanyut dalam ilusi kehangatan, dipeluk erat oleh bahagia hingga memilih bermimpi panjang tanpa ingin terbangun. Putus satu persatu penopang hidup yang ada, dirinya menyerah, memilih mencari jalan lain yang sekiranya tidak akan memberinya sesat dalam sakit 'tak berujung.

Bagaimana rasanya meraung-raung dalam sakit penyesalan? Apa yang terasa? Mungkin wanita cantik ini dapat menjawab segala yang ditanya. Dirinya meraung kencang, menangis sejadinya menyesali apa yang dia lakukan, menyesali apa yang sudah terjadi, menyesali apa yang selalu ia yakini. “Nak, maafkan mama nak, mama mencintaimu … tolong kembali mama tidak sanggup.”

Tidak pernah ada lagi waktu untuk menunjukkan cinta semua menjadi sia-sia tak berarti, anak itu telah memilih pergi mencari jalan lain dengan akhir lebih bahagia.

Kita s’lalu berpikir punya waktu ….

Lalu kita pilih untuk nanti dulu ….

Bagaimana jika nanti 'tak pernah ada? ….

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

Ravenhart's
Ravenhart's

Written by Ravenhart's

Sedikit goresan dari pemohon kedamaian pada sang Semesta.

Responses (1)

Write a response

Peluk erat anak hebat 👬